My 2019 Reading Recap - Part 2
Haloha! Di bagian kedua ini aku akan kembali
mereview singkat 7 buku yang sudah ku baca di tahun 2019 ini. Silahkan baca
bagian pertama nya di sini My 2019 Reading Recap - Part 1
- City of Heavenly Fire (The Mortal Instruments, #6) – Cassandra Clare
Sebenarnya, aku sudah mulai baca buku ini dari
satu setengah tahun yang lalu tapi baru selesai ku baca bulan Juli 2019.
Hehehe. Aku selalu merasa berat banget kalau baca buku terakhir dari serial,
soalnya ku gak tega kisahya tamat. Huhuhu. Ya,
itulah yang ku rasakan saat membaca City of Heavenly Fire (CoHF).
Buku
terakhir dari serial The Mortal Instruments ini bercerita tentang kelanjutan
kisah Clary dan teman-teman nya untuk melawan Sebastian Morgenstern dan
menyelamatkan dunia. Di buku ini kita bakal lebih sering melihat pengkhianatan
dari sekutu Shadowhunters yang ternyata lebih berpihak pada Sebastian. Buku ini
juga mulai menampilkan karakter-karakter baru yang akan menjadi tokoh utama di serial Dark Artifices. Ku suka
sekali perkembangan karakter dari buku pertama hingga di buku terakhir ini.
Mereka jadi lebih matang dan lebih berani. Terutama si tokoh utama, Clary Fray.
Ku senang sekali melihat Clary di buku terakhir ini. Adegan pertarungan nya
juga benar-benar sangat seru dan sukses membuat ku bergidik ngeri. Buku ini
sukses sekali membuat ku tertawa, geregetan, dan menangis. Cassandra Clare
benar-benar bisa mengemas kisah akhir yang menakjubkan sekaligus mengharukan.
Sebagai fans The Mortal Instruments, ku sangat puas sekali.
- Lady Midnight (The Dark Artifices, #1) – Cassandra Clare
Lady Midnight adalah salah satu book haul ku
dari diskon BBW (Big Bad Wolf). Ku udah lama banget menantikan buku ini
semenjak baca CoHF di 2017. Awalnya ku mau beli yang versi terjemahan bahasa
Indonesia nya karena versi inggris nya harganya selangit. Tetapi tidak jadi
karena ku kurang puas sama cover versi terjemahannya (yup. Sometimes I judge a
book by its cover. Wkwkwk). Oleh sebab itu, ku baru beli buku nya di BBW 2019
karena harganya diskon. Wkwkwk.
Buku ini berkisah tentang Emma Carstairs dan
anak-anak Blackthron semenjak Dark War yang terjadi di buku City of Heavenly
Fire. Emma ingin membalaskan dendamnya atas pembunuhan orangtuanya di Dark War.
Emma dibantu dengan parabatai nya Julian Blackthron bersama-sama mengungkap
pembunuhan tersebut. The Dark Artifices ini menjadi serial favorit ku diantara
semua serial Shadowhunters Chronicles. Ku suka sekali dengan karakter Emma yang
sangat keren dan badass. Menurut ku Emma ini agak berbeda dari tokoh-tokoh
utama perempuan Cassandra Clare dari buku-buku nya terdahulu. Dan ku jatuh
cinta sekali dengan Julian Blackthron!! DIA BENAR-BENAR BOYFRIEND MATERIAL
SEKALI! Julian ini sangat keren, cerdas sekaligus sosok yang sangat penyayang.
Ku selalu tersenyum setiap melihat interaksi antara Julian dan adik-adik nya.
Huhuhu KENAPA SIH JULES KAMU SEMANIS ITU?! Ku sangat suka semua karakter dari
buku ini.
Walaupun buku nya tebal, tetapi ku sama sekali
gak merasa bosan. Ku selalu senang cara Cassandra Clare mengemas setiap novel
nya. Beliau sama sekali gak pernah membuat pembacanya bosan. Banyak sekali
humor di buku ini bahkan karena hal kecil pun pembaca bisa tertawa. Kisah cinta
yang dramatis juga benar-benar sukses membuat ku geregetan dari awal sampai
akhir. Buku ini juga banyak menampilkan nilai-nilai kekeluargaan yang terpancar
dari keluarga Blackthron. Ku senang sekali dengan keluarga Blackthron ini! Plot
twist nya yang benar-benar membuat ku terkejut dan tidak percaya lengkap dengan
cliffhanger di akhir yang membuat ku sukses penasaran berat dengan buku
selanjutnya.
- Lord of Shadows (The Dark Artifices, #2) – Cassandra Clare
Karena akhir Lady Midnight yang menggantung
sekali, ku tidak sabar dan segera saja beli buku keduanya. Harganya cukup
membuat dompet menangis karena tidak diskon. Huhuhu. Tapi apa boleh buat, ku udah
penasaran setengah mati sama kelanjutannya.
Buku kedua ini kembali melanjutkan
pertualangan Emma dan Julian serta tokoh yang lainnya dalam rangka menangkap
pembunuh orangtua Emma. Menurut ku buku kedua ini lebih seru daripada buku
pertamanya. Konflik nya juga semakin bertambah dan semakin pelik. Pembaca
diajak untuk berkelana ke tempat-tempat magis lainnya yang jarang sekali kita
lihat di buku Cassandra Clare lainnya. Dengan tambahan beberapa karakter baru
yang semakin membuat konflik dibuku ini semakin menarik. Hubungan Emma dan
Julian juga semakin diuji di buku ini dan sukses membuat ku geregetan.
Karakter-karakter lama dari seri The Mortal Instruments juga kembali muncul dan
menambah bumbu cerita. Yang ku suka dari buku ini ialah beberapa adegan yang
semakin menunjukan betapa besar rasa sayang Julian kepada saudara-saudara nya.
Ia bahkan rela melakukan apapun untuk melindungi saudara-saudara nya. Rasa
sayang ku pada Julian jadi semakin bertambah. Hehehe. Keluarga Blackthron ini
memang keluarga terbaik dari semua Shadowhunters! Buku ini juga berhasil membuat
ku menangis tersedu-sedu pada pukul 1 dini hari. Ku sedih bukan main saat
membaca akhir buku ini. Satu pertanyaan ku pada sang penulis, Cassandra Clare,
Kenapa?! Kenapa kau melakukan itu Cassie?!
- Fifty Shades of Grey (Fifty Shades #1) – E.L James
Pasti semua orang sudah tahu buku ini. Bahkan
film nya bisa dibilang sukses di pasaran. Fans dari buku dan film nya juga
sangat banyak sekali. Tapi diriku bukanlah salah satu dari penggemar buku ini.
Buku ini bercerita tentang Anastasia Steele, seorang mahasiswa sastra Inggris
yang bertemu dengan pebisnis muda sekaligus miliader terkenal bernama Christian
Grey. Mereka pun akhirnya menjalin hubungan yang tidak biasa.
Sesungguhnya ku sama sekali tidak suka dengan 2
karakter utama dari buku ini, Anastasia dan Christian. Alasan ku tidak suka
Anastasia yah karena dia sangat bodoh. Bagiku Anastasia ini benar-benar tidak
mencerminkan bagaimana perempuan seharusnya. Yah, memang secara akademis Anastasia
ini cukup pintar namun ia sangat bodoh dan bucin dalam masalah percintaan. Ku
benar-benar geleng-geleng kepala melihat mba Anastasia ini. Yang kedua adalah
Christian Grey. Dia benar-benar problematic bagi ku. Bukan kesukaan ku sama
sekali. Dia benar-benar arogan. Ku bingung kenapa banyak perempuan mengidolakan
Christian Grey ini.
Buku FSOG ini benar-benar bukan favorit ku
sama sekali. Bisa dibilang ini bacaan terburuk yang ku baca di tahun 2019. Dari
segi karakter bahkan plot cerita, benar-benar membuat ku tidak puas.
- The Grownup – Gillian Flynn
Karya Gillian Flynn yang kubaca tahun ini
adalah sebuah cerita pendek berjudul The Grownup dan tentu saja mengusung genre
thriller. Cerpen ini bercerita tentang seorang perempuan muda yang memiliki
pekerjaan tidak biasa lalu berubah menjadi seorang pembaca aura. Kehidupan
perempuan ini mulai berubah semenjak salah satu klien nya, Susan datang dan
meminta tolong untuk menangani rumah barunya yang berhantu.
Cerita nya benar-benar menarik dan menyeramkan
sekali. Ceritanya dibangun dengan sangat baik. Cerpen ini juga sukses membuat
ku bergidik ngeri dan dengan akhir yang tak disangka-sangka. . Ku benar-benar
tidak percaya saat membaca akhir-akhir cerita. Ku seperti, “hah? Kok? Jadi selama
ini?”. Walaupun singkat, menurut ku penulis sudah menjabarkan watak setiap karakter
nya dengan sangat detail. Tetapi sayangnya, sampai sekarang pembaca tidak tahu
siapa nama si tokoh utama. Akhir cerita cerpen ini juga sukses membuat ku
bertanya-tanya dengan kelanjutannya. The Grownup menjadi salah satu cerpen
thriller terbaik yang pernah kubaca!
- Looking for Alaska (Mencari Alaska) – John Green
Sebenarnya buku ini sudah tuntas ku baca di
tahun 2014. Namun, karena akhirnya adaptasi serial tv nya akan segera tayang di
tahun 2019, aku pun mulai baca ulang lagi novel ini. Novel ini berkisah tentang
Miles Halter (yang sangat gemar menghafal kata-kata terakhir seorang tokoh) yang
berusaha mengubah kehidupan nya dengan mendaftar ke sekolah asrama Culver
Creek. Selama di Culver Creek, Miles bertemu teman-teman baru nya dan salah
satu nya adalah seorang gadis cantik bernama Alaska. Kehidupan Miles pun perlahan-lahan
mulai berubah.
Looking for Alaska menjadi buku kedua John
Green yang ku baca dan menjadi salah satu buku John Green favorit ku. Sudah tak
terhitung berapa kali ku membaca ulang buku ini. Novel ini memiliki cerita
indah dan banyak memberikan nilai-nilai kehidupan yang berharga bagi pembaca.
Selain itu menurut ku karakter-karakter di novel ini cukup relatable dengan
kehidupan remaja. Aku suka sekali cara John Green mengemas buku ini. Mengenai
karakter utamanya, Miles, ku sangat suka sekali. Miles yang berani keluar dari
zona nyaman nya dan mulai mencari kemungkinan-kemungkinan terbesar dalam
hidupnya. Jujur, ku salut sekali dengan karakter Miles ini. Ku juga suka sekali
dengan teman-teman Miles; Colonel, Takumi dan Alaska. Colonel dengan kekonyolannya
yang selalu mengundang tawa, Takumi dengan ke-cool-an dan ke-swag-an nya, dan
Alaska dengan kecerdikan dan kemisteriusannya. Pesan dalam buku ini memang
sangat mendalam sekali. Dan ku tetap menangis setiap kali membacanya.
- Finding Audrey (Aku Audrey) – Sophie Kinsella
Finding Audrey menjadi buku terakhir yang
kubaca di pengujung tahun 2019. Buku ini berkisah tentang Audrey, remaja
perempuan yang mengalami anxiety disorder karena trauma masa lalu. Audrey
selalu berada di rumah dan tidak bersosialisasi dengan orang lain kecuali
keluarga dan dokternya. Lalu semua itu pun berubah semenjak kedatangan Linus,
teman kakak lelaki Audrey.
Buku ini membahas mental health dan dampak
bullying yang sangat parah untuk korbannya. Walaupun begitu ceritanya sangat
ringan dan sangat menghibur. Buku ini banyak menyelipkan humor yang sukses
membuat pembaca tertawa. Ku selalu tertawa melihat tingkah laku kakak Audrey,
Frank dan ibu Audrey. Ku juga suka sekali dengan karakter Linus ini. Linus uwu
sekali. Hehehe. Buku ini banyak memberikan penjelasan tentang bagaimana anxiety
disorder itu. Kekurangan dari buku ini adalah konflik nya tidak membuat pembaca
geregetan dan menurut ku alurnya datar aja. Selain itu, ku kurang puas karena sang
penulis, Sophie Kinsella tidak menjabarkan secara detail bagaimana peristiwa
yang membuat Audrey trauma.
Kak lanjut post WP yang the Maze Runner dong aku nungguin Ampe lumutan 😓😓😓😓😓😓
ReplyDelete